Perjalanan Studio Game di Indonesia, Based on FlatPastel Story
- Apr 09, 2017
- Alfiatin Nur Khasanah
Mobile game saat ini mendominasi hiburan di bidang teknologi. Hal ini terbukti dari munculnya inkubator dan startup game yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil riset Baidu yang dikutip dari Techinasia, game merupakan konten yang paling banyak diunduh pengguna smartphone dengan persentase mencapai 43,71 persen. Kategori kedua yang mendominasi adalah tool dengan angka 8,96 persen dan aplikasi fotografi menempati peringkat ketiga dengan besaran 8,84 persen.
Fenomena populernya mobile game ini membuat kami Tim Pengembangan TI Riptek menemui CEO (beliau lebih suka disebut Leader) FlatPastel. Berikut hasil sharing beliau dengan kami tentang perjalanan FlatPastel dalam industri game.
Selamat malam Mas, kami dengar FlatPastel ini sudah cukup lama berdiri dan masih eksis hingga sekarang, boleh tau sejarahnya seperti apa?
Nama FlatPastel dulu diambil dari warna kesukaan saya. Jadi saya suka warna yang Flat dan model warna Pastel, ternyata kalau kedua istilah itu digabungin jadi unik, saya cari di google belum ada yang pakai nama itu, jadilah namanya “FlatPastel”. FlatPastel dulu terbentuk bukan dari kita ngumpul bareng "ayo bikin studio game", tapi dari inisiatif pribadi, belajar tentang itu dulu baru disampein ke temen-temen.
Awalnya saya belajar tentang game, mulai dari konsep, sampai development dan pasca developmentnya. Saya belajar dari temen-temen di komunitas, asal pasang muka tembok nge-chat orang-orang yang udah berpengalaman di bidang game, kemudian ketemu di komunitas juga seperti itu. Intinya serap sebanyak apapun yang bisa di dapet dari lingkungan. Setelah pelajarin dan tau dasar-dasarnya, saya nyari orang sesuai apa yang dibutuhin, saya nyari artist juga programmernya. Saya ajak nongkrong, utarain mimpi saya seperti apa, apa yang sudah saya lakukan dan apa yang selanjutnya akan kita lakukan. Akhirnya FlatPastel resmi berdiri di akhir tahun 2015 dengan 4 orang termasuk saya.
Beberapa tahun terakhir banyak startup baru terutama di bidang game. Tapi banyak juga dari mereka yang tumbang, kira-kira kiat-kiat apa yang dilakukan untuk menjaga eksistensi FlatPastel?
Setelah saya bentuk tim dan launching. Dari tim-tim ini, bentuknya gampang, tapi eksisnya memang butuh perjuangan. Di sini saya harus bermain di area ego. Ada yang egonya sangat tinggi, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri. Salah satu inti keberhasilan FlatPastel untuk tetap eksis itu di manajemen teamnya. Biar tim bisa tetap solid dan berkembang kita sering kumpul bareng untuk ngerjain project. Sebelum punya kantor kita ngumpulnya di caffe tiap 2 hari sekali. Selain mempererat chemistry tujuan kumpul bareng ini juga biar skill masing-masing tim bisa semakin berkembang.
FlatPastel sempat mengalami vakum karena kurang dalam manajemen team, jadi ada kesepakatan baru, kalau di awal-awal dulu masih suka bilang "ngga papa" sekarang jadi jauh lebih tegas. Jadi kalau dulu telat ya ditunggu, sekarang kalau telat ya ditinggal. Kalo ada yang kerjanya ngga bagus saya tetep bilang ini nggak bagus, begitu juga saya minta ke tim kalo saya juga kerjanya nggak bagus. Ini penting buat FlatPastel dan penting juga buat kita. Sampai sekarang tim sudah jauh lebih solid.
Startup baru biasanya identik dengan idealisme tingginya, dan idealisme ini kadang berpengaruh dengan pola kerja. Pada masa pertama dulu apakah ada kendala serupa di FlatPastel?
Sebagaimana Studio Game lain, pada masa awal berdirinya, FlatPastel meng-konsep untuk membuat game besar (dalam artian game yang membutuhkan kualitas dan waktu kerja yang tidak sedikit). Hingga akhirnya karena resource yang kurang memadai, kita mulai membuat game dengan scope yang lebih kecil untuk promosi sekaligus meng-upgrade skill tim. Game yang sudah rilis dan cukup berhasil di masa awal itu adalah "Rolling Egg". Game ini bisa dikatakan cukup berhasil sebagai game pertama yang kami buat dan release karena sudah mencapai download sekitar 2000-an kali dan sempat jadi Hot Thread di Kaskus. Tapi karena terlalu lama dan terlalu cepet rilis hasilnya memang tidak bisa sebagus yang diharapkan.
Get it on Google Play https://play.google.com/store/apps/details?id=com.FlatPastel.RollingEggCoaster
Meskipun begitu, ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari rilisnya Rolling Egg, beberapa di antaranya yaitu kita jadi bisa tau manajemen dan penempatan ads yang baik seperti apa, buat optimasi game ke depan seperti apa, banyak juga feedback yang masuk dari pengguna."
Feedback ini penting, jadi kalau rating 5 itu penting untuk ke-populer-an game, ada juga rating 1 yang penting untuk keberlangsungan game. Waktu itu ada salah satu temen yang kasih rate 1 di playstore, saya cukup kaget, tapi dia bilang 'di bagian ini kurang ini, ada beberapa bagian yang fungsinya belum optimal' dan sebagainya. Saya jadi ngerti, karena kalau rating 5 semua kan kita bingung, ini udah bagus apanya lagi yang perlu dibenahin. Jadi bagi temen-temen yang memang peduli dengan keberhasilan temennya harap kasih feedback yang bagus (dalam artian memang membangun), kasih dia kritik supaya dia ngga diem di tempat."
Karena FlatPastel ini adalah industri di bidang game. Kira-kira bagaimana pandangan Mas Falah tentang potensi industri game di Indonesia saat ini?
Potensi industri game di Indonesia atau bahkan dunia hampir sama besarnya dengan industri perfilman, kami bandingkan ini mengingat game dan film sama-sama dalam ruang lingkup hiburan. Indonesia, meskipun saat ini sudah memiliki banyak studio game yang cukup ternama, masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara yang ada di seluruh dunia.
Semakin subur lahan, semakin banyak pula tanaman yang tumbuh di dalamnya, semakin banyak tanaman yang tumbuh harus semakin gesit pula si tanaman mencari nutrisi untuk kebutuhan pertumbuhannya. Lahan industri game masih dapat dikatakan cukup bahkan sangat potensial, tapi sebagaimana lahan yang banyak industri game di dalamnya, persaingan antar-industri game, baik di Indonesia maupun di dunia juga semakin ketat. Kalau dibandingkan dengan startup di bidang web atau software, game ini terhitung cenderung sulit survive.
Game berkaitan erat dengan hiburan, sedangkan aplikasi berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan atau pemecahan solusi. Game adalah tentang mengerti dan memahami kebutuhan serta psikologi konsumen. Sehingga sebaik apapun game yang dibuat, sebagus apapun engine yang digunakan, jika itu tidak cukup menghibur konsumen akan lenyap.
Daftar akun PlayStore-nya gampang, upload-nya juga gampang, yang nggak gampang itu bertahan dan masuk di 'halaman depan'. Perlu dukungan strategi pemasaran yang maksimal kalau game itu memang layak dikonsumsi.
Cerita yang luar biasa, Untuk selanjutnya, langkah FlatPastel ke depan kira-kira seperti apa Mas?
Sampai sekarang gamenya FlatPastel yang rilis belum seberapa karena masih sering nanganin b2b (bussiness to bussiness) project dari dalam maupun luar negeri. Tapi kedepannya akan kami bentuk 2 tim, ada tim yang khusus ngurus b2b dan core team yang ngembangin produknya FlatPastel. Yang jelas, kita pasti akan lakukan yang terbaik.
Sebagai penutup, boleh minta pesan Mas ke teman-teman khususnya untuk pembaca blog UKM RIPTEK?
Pesen buat temen-temen PTI juga buat yang lain, hidup kita cuma sekali, segera cari jati diri apapun itu, jangan hanya hidup kuliah - lulus - cari kerja - nikah - punya anak - mati. Pekerjaan apapun itu baik, yang penting dalam pekerjaan itu kita betul-betul yakin dengan apa yang kita lakukan dan konsekuen. Kalau mau jadi DPR jadilah DPR yang mementingkan kepentingan rakyat. Kalau jadi guru jadilah guru yang benar-benar fokus mendidik, dan kritis dengan masalah pendidikan yang ada. Kalau jadi tukang sampah fokus bagaimana sampah-sampah ini tidak mencemari dan bagaimana optimasi pengumpulannya dan pengolahannya. Kalau jadi developer ya fokus di bidang pengembangan teknologi itu supaya bermanfaat bagi masyarakat. Apapun kalau kita fokus pasti akan ada lebih banyak hal yang bisa diambil dan dipelajari. Mahasiswa juga harus tetap pegang idealisme, tapi jangan idealisme buta, ibaratnya kalau mimpi kita juga harus bangun jangan omong kosong mimpi doang tapi realitanya kerja aja males, belajar ngga mau. Intinya idealisme itu harus imbang dengan apa yang kita lakukan.